Bunga Perpisahan
Nadin sudah 2
tahun berpacaran dengan Andre. Walaupun terpisahkan oleh jarak, tapi mereka
selalu menganggap jarak bukalah suatu masalah, selama hati mereka masih berada
pada satu haluan. Nadin dan Andre berpacaran sejak kelas 3 SMA dan mereka
berpacaran jarak jauh atau dalam bahasa anak muda LDR (Long Distance Relationship) sejak berbeda tempat kuliah. Mereka
selalu berusaha agar hubungan yang telah lahir sejak lama akan tetap awet.
Menjaga hubungan memang tak mudah, setidaknya mereka telah berusaha. Apalagi
dengan anggapan mereka bahwa cinta tak akan luntur walaupun jarak memisahkan.
***
Mereka berpacaran saat masih satu
kelas ketika SMA, tapi cita-cita mereka berbeda yang membuat tempat kuliah
mereka berbeda pula. Andre sudah diterima melalui jalur undangan di salah satu
universitas ternama di Yogyakarta. Saat itulah Nadin bingung, apakah harus
mencari universitas di Yogyakarta atau tetap di Bali dan menjalani hubungan
LDR. Hingga akhirnya Nadin memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut
dengan kedua orang tuanya.
“Nadin ingin kuliah di Yogyakarta Yah.
Ayah memberi Nadin izin kan?” Tanya
Nadin dengan nada merengek.
“Bukannya ayah tidak mengizinkan
kamu menimba ilmu di Yogyakarta, tapi siapa yang akan menjaga kamu di sana? Ayah
dan bunda tidak punya sanak saudara di sana, lebih baik kamu kuliah di Bali
saja. Papa mohon kamu bisa mengerti,” Jelas ayah Nadin.
“Universitas di Bali juga bagus Nak,
asalkan kamu giat belajar kamu pasti akan sukses,” Sambung bunda.
“Tapi, Andre sudah diterima di sana
Yah. Nadin nggak mau LDR-an,”
Ungkapnya.
“Jika kamu tak mau pacaran jarak
jauh, lebih baik putus saja. Belum tentu hubunganmu akan langgeng dengannya
walaupun dalam universitas yang sama,” Jelas Ayahnya. Kata-kata ayahnya sontak
menusuk hatinya hingga membuat Nadin menitikkan air mata.
Melihat Nadin menangis, bundanya pun
memeluknya dan menenangkannya, “Nadin, ayahmu memiliki tujuan yang baik. Dia
hanya ingin menjagamu, jadi tolong hargailah pendapat ayahmu,” Kata bunda.
“Tapi Bun, Nadin nggak mau putus dengan Andre. Lalu apa
yang harus Nadin katakan?” Tanya Nadin.
“Satu-satunya cara, kamu akan
berpacaran dengan jarak yang jauh. Apa kamu siap sayang? Itu pun jika Andre
setuju, jika ia tak setuju terpaksa harus diakhiri,” Jawab bunda.
Saat itulah Nadin merasa benar-benar
tak ada harapan untuk bisa bersama Andre dengan jarak yang begitu dekat. Ia pun
segera membicarakan hal tersebut dengan Andre.
“Andre, aku ingin menanyakan
sesuatu,” Kata Nadin.
“Ada apa Din? Katakan saja,” Sahut
Andre.
“Kamu mau kan jika kita LDR-an
ketika kuliah nanti?” Tanya Nadin.
Tanpa berpikir panjang Andre pun
menjawab, “Mengapa tidak? Bukannya itu hal yang tak terlalu serius, aku akan
selalu mengusahakan agar hubungan kita tetap awet walaupun terpisahkan jarak.
Kamu tak usah pikirkan itu, yang terpenting kamu selalu percaya denganku,”
Jelasnya.
“Kamu nggak akan selingkuh?” Tanya Nadin polos.
“Menurutmu?”
“Entahlah, aku tak tahu bagaimana,”
Jawab Nadin dengan wajah cemberut.
“Nadin aku sudah pernah bilang, aku
akan setia denganmu dan akan selalu di hatimu sampai ajal menjemputku,” Ungkap
Andre.
Nadin pun menyandarkan kepalanya
yang terasa hampir pecah memikirkan masalah itu di pundak Andre. Pundak Andre
memang berharga bagi Nadin, saat ia sedih ia bisa bersandar dan menangis
sepuasnya, saat ia senang pun ia menyandarkan kepalanya menikmati masa-masa
berpacaran yang begitu indah. Namun, saat itulah terakhir kalinya Nadin
merasakan empuknya bersandar di pundak Andre.
Satu minggu kemudian Andre berangkat
menuju Yogyakarta, tentu saja Nadin mengantarnya ke bandara. Rasa sedih memang
ada, tapi ini demi cita-cita Andre. Cita-cita Andre tentu masa depan kehidupan
mereka berdua juga. Nadin pun berusaha mengikhlaskan Andre, setidaknya mereka
bisa bertemu saat libur semester, daripada sama sekali tak bisa bertemu.
Setelah penantian yang cukup
panjang, libur semester pun tiba. Andre telah menelepon Nadin bahwa besok ia
akan pulang ke Bali. Tentu saja Nadin menyiapkan makanan kesukaan Andre dan
hadiahnya. Tapi sayang, ketika pagi sekitar pukul 05.00 WITA Andre menelepon
Nadin mengatakan ia menunda keberangkatannya dari Yogyakarta ke Bali dengan
alasan menonton basket dengan temannya. Rasa kecewa pun menghiasi wajah Nadin
karena ternyata dia lebih mementingkan temannya sendiri daripada Nadin. Ia
merasa tak berarti lagi di hidup Andre. Nadin pun merasa ada perasaan aneh
karena dia tak datang, entah itu perasaan apa.
Dua minggu setelah ia membatalkan
rencananya ke Bali ia menelepon Nadin.
“Halloo honey… Aku pulang dua hari lagi, I miss you,” Kata Andre.
“Benarkah? Akankah kamu membatalkan
untuk kedua kalinya?” Tanya Nadin.
“Tentu saja tidak, aku minta maaf ya
jika 2 minggu yang lalu aku membatalkannya,” Ungkapnya dengan nada memelas.
“Iya Andre, apapun kesalahanmu jika
aku merasa masih di dalam jalur aku pasti memaafkannya,” Jelas Nadin.
“Thanks
honey, sudah dulu ya goodbye and good
night,”
“Goodbye
and good night too honey,” Kata Nadin mengakhiri pembicaraan.
Walaupun Nadin takut Andre akan
membatalkan rencanya lagi, namun ia tetap memberikan kejutan special untuk Andre. Ini adalah awal
pertemuannya dengan Andre, semenjak kepergiannya ke Yogyakarta. Tentu akan
dijadikan hari yang menyenangkan dalam hidupnya.
Keesokan harinya Nadin berangkat ke
Bandara Ngurah Rai sekitar pukul 15.00 WITA, perasaan deg-degan tentu ada namun
ia tak terlalu menghiraukan hal itu. Tiba-tiba perasaan aneh itu muncul lagi,
Nadin tetap saja mengacuhkannya. Ia berpikir itu hanya perasaan biasa, bukan
sebagai pertanda apa-apa.
Nadin tiba di Bandara pukul 15.30
dan telah satu jam ia menunggu Andre belum juga menampakkan dirinya. Padahal
pesawat sudah mendarat, akhirnya Nadin menunggu lebih lama lagi. Ia telah
mencoba untuk menghubungi hand phone
Andre, namun tak diangkat. Lagi-lagi kecewa menghampiri Nadin, ia berpikir Andre
tak jadi pulang ke Bali. Telah 3 jam ia menunggu, ia memutuskan untuk pulang ke
rumah dengan perasaan hancur.
Di perjalanan menuju ke rumahnya,
tiba-tiba di jalan raya dekat rumahnya macet. Ternyata di jalan tersebut ada
kecelakaan yang menyebabkan seorang laki-laki meninggal dunia. Karena penasaran
Nadin pun memarkirkan mobilnya dan melihat laki-laki tersebut. Betapa
terkejutnya ia ketika melihat laki-laki itu adalah Andre.
“Andre… Andre… Kenapa kamu pergi secepat
ini?” Isak Nadin.
Ia pun mengambil bunga serta kado di
genggaman Andre, dibacanya surat yang terletak di bunga mawar tersebut. Andre
sebenarnya ingin memberikan kejutan kecil untuk Nadin, tapi karena kecelakaan
yang terjadi semua itu batal.
Dear
Nadin
Aku tak menyangka kita telah mengukir
cinta sekian lama. Kamu tahu kamu cinta pertama dan aku harap kamu juga cinta
terakhirku. Aku sangat menyesal waktu itu membatalkan kepergianku ke Bali,
bukannya aku mengabaikanmu tapi waktu itu aku diajak teman yang telah
menolongku. Tapi, aku yakin kamu akan selalu memaafkanku kamu bukan tipe orang
yang pendendam.
Nadin, jika aku telah tiada berjanjilan
jangan tenggelam dalam kesedihan. Berjanjilah kamu akan mencari sosok pria baru
yang akan mendampingimu. Aku akan tetap di sisimu, percayalah itu.
Nadin menangis membaca surat itu, ia
baru tersadar perasaan yang selama ini ia acuhkan, ternyata sebuah pertanda
kepergian Andre. Ia pun segera membuka kado yang diberikan Andre, ia sangat
terharu ketika Andre memberikannya sebuah cincin yang terlontar namanya dan
Andre. Ia tak menyangka saat itulah terakhir kalinya ia menerima bunga dari
Andre, bunga itu sebagai tanda perpisahannya. Baru ia mengerti bahwa Andre
ingin memberikan kejutan untuk Nadin. Tapi ia berjanji tidak akan tenggelam
dalam kesedihan dan percaya bahwa Andre selalu menemaninya.
Komentar
Posting Komentar