PENYESALAN

hy, ini cerpen yang aku posting kedua, semoga terhibur... :)

          "Astrid kamu dipanggil Ren di depan pintu,” Kata Ferry.
          “Baiklah, terima kasih sudah memberi tahu.” Kataku sambil membungkuk.
          “Ok, sama-sama.”
          Dengan sergap aku berjalan ke depan pintu.
          “Haayy Ren, sudah makan?” Seperti biasa pertama kali bertemu aku menanyakan apakah dia sudah makan atau belum, karena setahu aku dia hanya bekerja di bengkel, sedangkan aku anak kuliahan yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai agen asuransi.
          “Sudah dong. Sepertinya ada yang mau ultah nih. Mau dikasi hadiah apa nih?” Tanya Ferry santai.
          “Aku mau dibeliin cincin emas ya Kak Ferry sayang,” jelas Astrid tanpa pikir panjang.
          “Itu nggak pas untuk kantongku, tapi aku usahain deh,” Kata Ferry dengan wajah agak murung.
          “Pokoknya harus ada, nggak boleh ada kata tidak. Aku ingin sekali punya cincin emas pemberian dari Kak Ferry,” kata Astrid agak manja.
          Demi memberi hadiah untuk Astrid, Ferry terus bekerja keras. Ia bekerja di sana-sini untuk mendapatkan uang yang lebih banyak, ia memang anak yatim piatu yang sudah biasa tinggal sendiri dan menghidupi kehidupannya sendiri. Sekarang yang ia sangat sayangi hanya Astrid, jadi apapun yang Astrid minta ia akan berusaha untuk mendapatkannya.
          2 Hari sebelum hari ulang tahun Astrid uang Ferry sudah berhasil mengumpulkan uangnya, hanya saja esoknya ia memberli cincin emas itu.
          Ferry pun membeli cincin yang menurutnya bagus di sebuah toko temannya.
          “Yang ini cocok nggak Ka?” Tanya Ferry.
          “Hmm… sepertinya bagus, kamu memang pintar memilih.” Puji Andhika.
          “Bukan begitu, aku hanya sering melihat anak zaman sekarang mengenakan cincin seperti ini, aku pun juga tertarik.” Jelas Ferry.
          “Ohh… begitu, ngomong-ngomong besok ulang tahunnya ke berapa?” Tanya Andhika.
          “Ulang tahun ke-19,” Jawab Ferry.
          “Ohh… begitu, aku punya tips nih agar kamu bisa memberikan cincin secara romantis,” Kata Andhika.
          “Apa Ka?” Tanya Ferry semangat.
          “Bagaimana kalau kamu menyelipkan cincin di dalam perut boneka? Nanti jika dia mencet perut boneka keluar deh cincinnya.” Ungkap Andhika.
          “Ide bagus, terima kasih ya sarannya, ini aku bayar cincinnya.” Kata Ferry.
          “Sip, terima kasih kembali,”
          Ferry pun membeli boneka, ia membayangkan bagaimana bahagianya Astrid jika ia memberikan hadiah yang ditunggu-tunggunya.
          Pada saat ulang tahunnya, Ferry lalu ke taman tempat mereka janjian. Beberapa menit kemudian Astrid datang dengan motor maticnya dan kostum yang amat sangat indah, itu menambah kesan tertariknya.
          “Kau sangat cantik hari ini,” Puji Ferry.
          “Jadi selama ini aku tidak cantik, aku pulang saja!” Cetus Astrid.
          Buru-buru Ferry menahan Astrid dan memegang tangannya.
          “Bukan begitu, tapi kau lebih cantik dari hari sebelumnya, kalau Astrid tidak cantik mana mau aku jadi pacarmu,” Ferry langsung memeluk Astrid.
          “Benarkah? Apa hanya ngegombal?” Tanya Astrid dengan nada tak percaya.
          “Benar, aku tidak akan berbohong denganmu,” Kata Ferry.
          “Terima kasih Ferry, kamu memang pacar yang paling baik di hidupku. I Love You Forever,” Kata Astrid.
          “Jadi lupa deh ngucapin selamat ulang tahun, selamat ulang tahun ya my lovely semoga tambah cantik, tambah pinter, sehat selalu, makin sayang sama aku dan semua keinginan tercapai.” Kata Ferry panjang lebar.
          “Astungkara,” Kata Astrid.
          “Ini hadiah untukmu,” Ferry memberikan boneka yang telah berisi cincin.
          “Apa kau hanya memberikanku sebuah boneka yang tak berharga?” Bentak Astrid.
          Astrid membuang boneka tersebut hingga ke tengah jalan. Tanpa berpikir panjang Ferry mengambil boneka itu.
          “Waaaaa……..” Ferry tertabrak sebuah mobil.
          Saat itu juga pipi Astrid dibasahi air mata, karena melihat kejadian itu. Dan saat diperiksanya Ferry sudah tidak bernyawa. Ia pun mengambil boneka yang digenggam Ferry. Saat itu ia tidak sengaja memencet boneka itu dan keluarlah cincin. Astrid tambah merasa bersalah dan sangat menyesal telah membuang boneka itu.

Komentar

Postingan Populer